Wednesday, 9 August 2017

Puisi-Puisi Cahyo Hasanudin

Mengapa

Tuhan . . .
Engkau hukum aku dengan apa
Engkau uji aku dengan siapa
Apakah ini hukuman . . . apakah ini ujian . . .
Hamba tak mampu menghadapi ini sendirian
Jiwa yang dahaga akan kesenangan
Raga yang lapar akan kenikmatan
Namun engkau kirimkan aku seorang insan
Insan yang mengubah hukuman dan ujian menjadi kebahagiaan
Rasa bahagia kembali bersemi
Rasa duka mulai berhenti
Hiduppun mulai berseri
Maut enggan tuk menghampiri
Namun rasa itu sirna . . . lenyap tak berabu . . .
Pelangi yang ku puja kini telah tiada
Bukan salah tuan bukan pula salah tuhan
Ini hanyalah masalah kesetiaan

          
Bojonegoro, 08 April 2017


Sadar

Aku hanyalah insan Tuhan
Bukan anak bangsawan bukan pula anak hartawan
Aku hidup dengan modal perjanjian
Janji setia dengan Tuhan
Kesungguhanku mengabdi pada Mu
Baktiku tercurahkan pada Mu
Hembusan Nafasku bercampur dengan nama Mu
Sembah sujudku hanya pada Mu
Engkau berikan aku segala kenikmatan
Engkau uji aku dengan segala cobaan
Engkau balut aku dengan kesedihan
Engkau belai aku dengan kebimbangan
Apakah ini sebuah janji . . . Tuhan
Apakah ini sebuah takdir kehidupan . . .
Kehidupan tak berarti
Bila tak memiliki masalah
Tak berarti melepaskan masalah
Bila telah mati
Bojonegoro, 08 April 2017

Bunga dari Jember

Kuncup terpelihara oleh senja
senja dari selatan madura
tatkala embun tak sanggup menjelma dalam sukma
namun kuncup mampu merekah dalam jiwa
kuncupku.......
kuncup yang hilang

kuncup tlah merekah
dambaan kumbang setiap kala
tak sadar dirikulah kumbang itu
kumpang yang hilang ditelan masa
kumbang yang rapuh dimakan janji setia
kumbang yang..........................
Bojonegoro, 26 Maret 2017

Mimpi dan impian
Tiada malam yang tak gelap
tiada gelap yang tak bercahaya
cahaya itu cahaya cinta
cinta pada mimpi
atau mimpi pada cinta
mimpiku adalah cinta
cintaku hanyalah impian
Bojonegoro, 26 Maret 2017

Nduk
Nduk.....
Kini bukan tadi
Tidurlah nduk
Malam tlah menyelimuti waktu
Tidurlah nduk
Esok waktu menimba ilmu
Tidurlah nduk
Pak guru esok ngasta ilmu
Tidurlah nduk
Ibu lelah menyelimuti pasien
Tidurlah nduk
Bapak lelah menulis nilai merah
Bojonegoro, 26 Maret 2017


Pelangi Dua Warna

Kala senja berpamitan pada siang
dan tangisan langit menggenangi daun keladi
tampak kumpulan gelembung tak bersenyawa
membentuk unsur tak lagi menjelma dalam fatamorgana

Langkah kecil menyibak luasnya kata-kata
mengintip di balik buhul-buhul senja sore
mejikuhibiniu tak lagi ada
bagai kata yang berpendar menjadi morfem-morfem tak bermakna

Tak ada lagi warna dalam kata
tak ada lagi fatamorgana dalam jiwa
satu warna pelipur lara menemani sadar dan tidurku
satu warna jawaban doa membayangi langkah kecilku

Dua warna dalam pelangi
mengkhianati takdir kuasa ilahi
Bojonegoro, 17 April 2017

BIODATA

Cahyo Hasanudin lahir di Bojonegoro pada tanggal 06 Mei 1988. Setamat dari SDN Geger Kec. Kedungadem Bojonegoro tahun 2000. Kemudian melanjutkan studi di MTs M2 Kedungadem, lulus tahun 2003. Tahun 2006 lulus dari MAN Negara Bali jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. Pada program penerimaan mahasiswa baru pada tahun 2006 mendapat beasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) jurusan perikanan selama delapan semester, namun pada tahun 2007 pindah dari Universitas Muhammadiyah Malang dan pada tahun 2008 melanjutkan belajar di perguruan tinggi IKIP PGRI Bojonegoro hingga lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2013 melanjutkan belajar pada program pascasarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta dan lulus pada tahun 2014.
            Penghargaan yang pernah diraih antara lain 1) juara II dalam pekan olahraga dan seni (porseni) olympiade Bidang Studi Ekonomi antar MA se-Bali pada tahun 2005, 2) Juara III Bidang Seni pada LKTM (Lomba karya Tulis Mahasiswa) antar jurusan se-Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada tahun 2007, dan 3) sebagai kontributor terbaik dalam lomba penulisan puisi yang diselenggarakan oleh Sabana Pustaka pada tahun 2016

sumber: http://www.harianblora.com/2017/08/puisi-puisi-cahyo-hasanudin.html



Kuliah sambil kerja itu, Sesuatu!

Kuliah sambil kerja itu, Sesuatu!
Oleh:
Cahyo Hasanudin
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
IKIP PGRI Bojonegoro

Ada tiga pilihan setelah adik-adik lulus dari bangku SLTA, pilihan pertama meraka bisa duduk di bangku kuliah, pilihan kedua mereka harus berdikari mencari sesuap nasi, atau pilihan yang ketiga adalah mengambil pilihan pertama dan kedua secara bersama-sama. Prolog inilah selanjutnya mengantarkan kita untuk memaknai konteks “Kuliah sambil kerja” atau “kerja sambil kuliah”. Kita tidak perlu membahas bahwa konteks tersebut tergolong bentuk frasa DM atau MD yang jelas jika dimakna secara tersurat konteks tersebut jelas berbeda.
Mengambil konteks “Kuliah sambil Kerja” kata “Kuliah” lah sebagai titik tumpu pekerjaan atau prioritasnya, sedang kata “kerja” sebagai titik sambinya. Hal ini dapat ditarik sebuah simpulan bahwa ada seseorang yang sedang kuliah namun dia sambil bekerja. Kondisi seperti ini tidak jarang ditemukan di sekeliling kita. Banyak sekali mahasiswa yang mampu kuliah sambil bekerja, sebut saja Asnawi salah satu alumnus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang baru-baru ini menjadi viral di media masa dan sempat diliput oleh Televisi swasta berkat kuliah sambil bekerja (yaitu sebagai penjual gorengan). Mungkin masih banyak lagi kisah seperti ini di negeri ini.
Menjadi seorang mahasiswa dengan label sebagai ‘pekerja’ atau karyawan sudah tidak asing di negeri ini, baik di kota besar maupun di kota kecil, kedaan seperti ini sering kita jumpai di kanan kiri kita. Hal ini penanda bahwa motivasi generasi muda untuk mendapatkan pendidikan tinggi patut diacungi jempol. Motivasi inilah penggerak cita-cita menjadi seseorang yang terpelajar di negeri sendiri.
Mengapa saya katakan kuliah sambil kerja itu bagian dari “sesuatu”? “sesuatu” di sini dapat dimaknai dengan berbagai hal.
Pertama¸ seseorang yang sudah bertekad ingin kuliah sambil bekerja berarti dia sudah siap dengan manajemen waktu yang bagus, dia harus mampu membagi waktu dengan baik agar kedua pekerjaan tersebut tidak ada yang dikorbankan. Hal ini juga akan berimbas ketika mereka menjadi seorang sarjana, mereka akan terbiasa dengan hidup yang tidak pernah menyia-nyiakan waktu. Hidup selalu berkoridor waktu dan taat pada waktu.
Kedua, kuliah sambil kerja banyak terjadi pada mahasiswa yang memiliki perekomian cukup, namun hal ini juga tidak menutup kemungkinan bagi mahasiswa yang memiliki perekomian lebih dari cukup. Kondisi inilah yang mengantarkan mahasiswa untuk memiliki tekad yang kuat untuk meraih cita-citanya. Mahasiswa yang memilih pilihan kuliah sambil bekerja sudah memiliki komitmen bahwa di mana ada kemauan di situ ada jalan. Di sinilah jalan untuk meraih cita-cita akan terwujud bagi seseorang yang tekun dan memperjuangankan cita-citanya karena ada Allah yang selalu mengabulkan doa hamba-hambanya yang mau berjuang.
Ketiga, mahasiswa dengan memiliki aktivitas ganda akan menelorkan pengalaman yang tidak dimiliki oleh mahasiswa yang murni sebagai mahasiswa. Mahasiswa akan menjadi sarjana muda, menjadi bagian dari masyarakat terlebih sebagai kamus berjalannya masyarakat, kaum cendekian yang berintelektual tinggi sudah barang tentu harus memiliki pengalaman hidup yang banyak. Pengalaman dalam dunia kerjanya akan mengantarkan mahasiswa membuka cakrawala pikirnya dalam hidup bermasyarakat, bagaimana menumbuhkan sikap empati dan saling menghargai akan tertanam dengan sendirinya seiring berjalannya pendewasaan diri mahasiswa tersebut. Kondisi-kondisi seperti inilah yang tidak ditemukan dalam bangku perkuliahan.
Mungkin masih banyak “sesuatu” di luar sana, namun ketiga “sesuatu” yang saya tulis ini, saya rasa sudah mewakili pendidikan karakter yang digadang-gadang oleh kemendiknas semenjak tahun 2010. Terakhir yang ingin saya sampaikan jika ingin “kuliah sambil kerja”, sebagai mahasiswa juga harus selektif dalam memilih pekerjaan, pilihlah pekerjaan yang mampu menunjang keilmuaan yang sedang ditekuni, misalnya, jika Anda kuliah di pendidikan, maka seyogyanya pilihlah pekerjaan sebagai tentor/tenaga pengajar di lembaga bimbingan belajar agar keilmuan yang dimiliki senada dengan pengalaman yang digeluti. Akhir kata, tidak akan pernah memanen padi seorang petani jika dia tidak bergulat dengan lumpur, begitu pula dengan seorang mahasiswa, tidak akan pernah bergelar sarjana jika tidak menghasilkan sebuah karya.




Menumbuhkan Nilai Karakter Melalui Permainan Tradisional

Menumbuhkan Nilai Karakter Melalui Permainan Tradisional
Oleh:
Cahyo Hasanudin

Perubahan kondisi sosial-ekonomi yang dipacu oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat, membawa serta perubahan–perubahan dalam cara berpikir, cara menghadapi hidup dan kehidupan ini. Salah satu perubahan terlihat dengan semakin memudarnya rasa kemanusiaan, empati dan saling menghargai pada sesama manusia, belum lagi memudarnya sikap disiplin, jujur, rasa nasionalisme, kurang menghargai budaya lokal, atau pun primordialisme yang tak terkendali.
Kemajuan teknologi yang semakin pesat ternyata juga mempengaruhi aktivitas bermain anak. Sekarang, anak-anak lebih sering  bermain permainan digital  seperti video games, Playstation (PS), dan  games online (misalnya COC dan Pokemon-go yang lagi membooming di akhir tahun 2016 ini). Permainan ini memiliki kesan sebagai permainan modern karena dimainkan menggunakan peralatan yang canggih dengan teknologi yang mutakhir, yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan permainan anak tradisional. Permainan anak tradisional kadang tidak membutuhkan peralatan saat dimainkan kalaupun ada peralatan yang digunakan  hanyalah  peralatan yang sederhana yang mudah didapatkan, dan  biasanya ada di sekitar  anak saat bermain, seperti batu, ranting kayu, atau daun kering.
Mengharapkan mereka mau kembali mengenal permainan tradisional tersebut memang sulit, karena disamping teknologi yang tinggi dan tidak sederhana, permainan ini terkesan kuno. Namun sebenarnya banyak nilai-nilai yang dapat dipelajari dari setiap permainan tradisional. Misal permainan gobak sodor. Gobak sodor sendiri memiliki banyak pengertian, ada yang mengatakan bahwa gobak sodor itu berasal dari bahasa Inggris dari kata “Go back to door” yang berarti kembali ke pintu. Melihat arti ini memang masuk akal juga bila permainan gobak sodor itu kembali ke pintu. Karena permainan ini memang diharuskan kembali ke pintu/pangkalan awal setelah melewati pintu-pintu penjagaan lawan. Namun, di sebagian daerah di nusantara permainan gobak sodor sering disebut sebagai permainan galasin, galah asin, dan main asing.
Permainan gobak sodor dimainkan di lapangan terbuka dengan ukuran lapangan 9 X 4 m, lapangan harus berbentuk segi empat dan dibagi menjadi enam bagian dan diberi garis tengah. Permainan ini dibagi menjadi dua grup, yaitu grup lawan dan grup jaga, masing-masing grup terdiri dari tiga sampai lima orang. Grup jaga harus menjaga garis horizontal dan vertikal. Seseorang yang berjaga di garis vertikal dia bisa mengakses semua garis, termasuk garis horizontal. Grup jaga bertugas menjaga garis-garis tersebut agar tidak dilewati oleh grup lawan. Grup lawan harus mampu melewati grup jaga, grup lawan yang dinyatakan berhasil yaitu mereka yang mampu melewati grup jaga dan mampu kembali ke posisi awal/pangkalan.
Permainan gobak sodor ini mampu meningkatkan kemampuan motorik, pengembangan otak kanan, juga mengembangkan kemampuan bersosialisasi anak, baik dalam bekerjasama maupun dalam memecahkan persoalan, melalui permainan tersebut. Permaian gobal sodor ini sangat mengasyikkan sekaligus penuh kesulitan karena setiap orang harus melewati tim jaga secepat mungkin agar tidak terkena pegangan atau senggolan dari grup jaga, apabila terkena sentuhan tangan grup jaga maka dinyatakan kalah dalam permainan tersebut. Keunikan permainan gobak sodor dapat dilihat dari pergantian grup. Grup jaga bisa berganti menjadi grup lawan atau sebaliknya. Sedangkan kemenangan dari permainan gobak sodor adalah dari banyaknya anggota tim yang mampu meloloskan diri dari tim jaga.
Permainan tradisional memiliki pengaruh dalam meningkatkan kompetensi interpersonal anak Sekolah Dasar. Kompetensi interpersonal tersebut dapat terangkum dalam nilai pendidikan karakter, nilai pendidikan karakter dalam permainan gobak sodor meliputi nilai yang berhubungan dengan diri sendiri, nilai yang berhubungan dengan sesama, nilai yang berhubungan dengan lingkungan, dan nilai kebangsaan. Nilai-nilai tersebutlah yang nantinya akan membawa peserta didik untuk lebih bermartabat dalam mengemban hidup bermasyarakat, negara, dan agama.
Potret pendidikan karakter menyentuh sesuatu yang dalam pada hati manusia, seiring manusia memulai abad yang baru, manusia memiliki pemahaman yang lebih tajam tentang beberapa karakter yang penting dalam dunia pendidikan. Mengutip pendapat salah satu pakar pendidikan karakter Thomas Lickona, beliau menyebutkan bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan yang di dalamnya mengandung nilai-nilai operatif, nilai-nilai yang berfugsi dalam praktik. Pendidikan karakter mengalami pertumbuhan yang membuat suatu nilai menjadi budi pekerti, sebuah watak batin yang dapat diandalkan dan digunakan untuk merespon berbagai situasi dengan cara yang bermoral.
Selain itu, Kementerian Pendidikan Nasional juga menambahkan bahwa nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat diidentifikasikan dari sumber agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan. Berdasarkan keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa yaitu, religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatifmandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Kedelapan belas nilai yang sudah diusung oleh Kementerian Pendidikan Nasional ini sudah kiranya dapat diintegrasikan pada sebuah permainan tradisional anak Indonesia.

BIODATA

Cahyo Hasanudin lahir di Bojonegoro pada tanggal 06 Mei 1988. Setamat dari SDN Geger Kec. Kedungadem Bojonegoro tahun 2000. Kemudian melanjutkan studi di MTs M2 Kedungadem, lulus tahun 2003. Tahun 2006 lulus dari MAN Negara Bali jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. Pada program penerimaan mahasiswa baru pada tahun 2006 mendapat beasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) jurusan perikanan selama delapan semester, namun pada tahun 2007 pindah dari Universitas Muhammadiyah Malang dan pada tahun 2008 melanjutkan belajar di perguruan tinggi IKIP PGRI Bojonegoro hingga lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2013 melanjutkan belajar pada program pascasarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta dan lulus pada tahun 2014.
            Penghargaan yang pernah diraih antara lain 1) juara II dalam pekan olahraga dan seni (porseni) olympiade Bidang Studi Ekonomi antar MA se-Bali pada tahun 2005, 2) Juara III Bidang Seni pada LKTM (Lomba karya Tulis Mahasiswa) antar jurusan se-Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada tahun 2007, dan 3) sebagai kontributor terbaik dalam lomba penulisan puisi yang diselenggarakan oleh Sabana Pustaka pada tahun 2016