3 PILAR PENOPANG
BOJONEGORO MATOH
TEMA: BOJONEGORO YANG
SEJAHTERA
OLEH:
CAHYO HASANUDIN
NIM 08111503
IKIP PGRI BOJONEGORO
FAKULTAS PENDIDIKAN
BAHASA DAN SENI
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
NOVEMBER 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa kehidupan sejarah Indonesia Kuno ditandai oleh pengaruh kuat
kebudayaan Hindu yang datang
dari India sejak Abad I. Hingga abad ke-16, Bojonegoro termasuk wilayah
kekuasaan Majapahit. Seiring dengan berdirinya Kesultanan Demak
pada abad ke-16, Bojonegoro menjadi wilayah Kerajaan Demak. Dengan
berkembangnya budaya baru yaitu Islam, pengaruh budaya Hindu terdesak dan
terjadilah pergeseran nilai dan tata masyarakat dari nilai lama Hindu ke nilai
baru Islam tanpa disertai gejolak. Peralihan kekuasaan yang disertai pergolakan
membawa Bojonegoro masuk dalam wilayah Kerajaan Pajang (1586), dan
kemudian Mataram (1587).
Pada tanggal 20
Oktober 1677, status Jipang
yang sebelumnya adalah kadipaten diubah menjadi kabupaten dengan Wedana Bupati
Mancanegara Wetan, Mas Tumapel yang juga merangkap sebagai Bupati I yang
berkedudukan di Jipang. Tanggal ini hingga sekarang diperingati sebagai hari
jadi Kabupaten Bojonegoro. Tahun 1725,
ketika Pakubuwono II (Kasunanan Surakarta) naik tahta, pusat pemerintahan
Kabupaten Jipang dipindahkan dari Jipang ke Rajekwesi, sekitar 10 km sebelah
selatan kota Bojonegoro sekarang.
Kabupaten
Bojonegoro, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya
adalah Bojonegoro. Kabupaten ini
berbatasan dengan Kabupaten
Tuban di utara, Kabupaten
Lamongan di timur, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, dan Kabupaten Ngawi di selatan,
serta Kabupaten
Blora (Jawa Tengah) di barat. Bagian barat Bojonegoro (perbatasan
dengan Jawa Tengah) merupakan bagian dari Blok Cepu, salah satu
sumber deposit minyak bumi terbesar di Indonesia.
Bengawan Solo
mengalir dari selatan, menjadi batas alam dari Provinsi Jawa Tengah, kemudian
mengalir ke arah timur, di sepanjang wilayah utara Kabupaten Bojonegoro. Bagian
utara merupakan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo yang cukup subur dengan
pertanian yang ekstensif. Kawasan pertanian umumnya ditanami padi pada musim
penghujan, dan tembakau pada musim kemarau. Bagian selatan adalah pegunungan
kapur, bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Bagian barat laut
(berbatasan dengan Jawa Tengah) adalah bagian dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara.
Kota Bojonegoro terletak di jalur Surabaya-Cepu-Semarang. Kota ini juga
dilintasi jalur kereta api jalur Surabaya-Semarang-Jakarta.
Kabupaten Bojonegoro terdiri atas 27 kecamatan, yang
dibagi lagi atas sejumlah 419 desa
dan 11 kelurahan. Pusat
pemerintahan di Kecamatan Bojonegoro.
B.
Rumusan Masalah
Mengacu pada latar
belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apasajakah yang menjadi 3
pilar penopang Bojonegoro matoh
BAB II
ISI
A.
3 PIlar Penopang
Bojonegoro Matoh
1.
Budaya
a)
Masyarakat Samin
Dusun Jepang, salah satu
dusun dari 9 dusun di Desa Margomulyo yang berada di kawasan hutan memiliki
luas 74, 733 hektar. Jarak sekita 4,5 kilometer dari ibukota Kecamatan
Margomulyo, 69 kilometer arah barat-selatan atau kurang lebih denga jarak
tempuh antara 2-2,5 jam perjalanan dengan kendaraan dari ibu kota Bojonegoro
dan 259 kilometer dari ibukota Propinsi Jawa Timur(Surabaya).
Masyarakat Samin yang tinggal di dusun
tersebut, adalah figur tokoh atau oran-orang tua yang gigih berjuang menentang
Kolonial Belanda dengan gerakan yang dikenal dengan Gerakan Saminisme, yang
dipimpin oleh Ki Samin
Surosentiko.
b)
Tari Tayub
Biasanya kelompok-kelompok tari tayub ini banyak terdapat di Kecamatan
Temayang dan Bubulan yang terletak sekitar 30 Km dari Kecamatan Kota
Bojonegoro.
Tayub merupakan tari pergaulan yang populer bagi masyarakat Bojonegoro dan
sekitarnya. Tarian ini biasanya dilakukan oleh pria dengan diiringi gamelan dan
tembang Jawa yang dilantunkan oleh waranggono yang syairnya sarat dengan
petuah dan ajaran.
c)
Wayang Thengul
Wayang Thengul adalah
kesenian wayang khas ponorogo yang populer juga di bojonegoro. dalam bentuk 3
dimensi dengan diiringi gamelan pelog/slendro seperti
halnya reog ponorogo.
Walaupun wayang thengul
ini jarang dipertunjukkan lagi, tetapi keberadaannya tetap dilestarikan di
Kabupaten Bojonegoro, khususnya di Kecamatan Kanor yang berasalkan dari kata
KANORAGAN.
2.
Produk Unggulan
a)
Kerajinan Mebe Kayu Jati
Produk unggulan ini telah
lama dikenal dan berkualitas ekspor, karena Bojonegoro merupakan penghasil kayu
jati berkualitas. Corak dan desain telah disesuaikan dengan situasi zaman, baik
lemari, buffet, meja, kursi atau tempat tidur.
Adapun daerah-daerah yang
terkenal sebagai industri mebel yaitu diantaranya sukorejo dan temayang.
b)
Kerajinan Bubut-Cukit
Bentuk souvenir kayu jati
khas Bojonegoro yang tetap menonjolkan guratan kayu jati. Penggarapannya
dilakukan secara teliti dan detail, tapi tetap mempertimbangkan aspek estetika.
Khususnya berupa miniatur mobil, sepeda motor, becak, kereta api, jam dinding
atau guci, penghias interior.
c)
Kerajinan Limbah Kayu
Kerajinan limbah kayu jati yang dibentuk menjadi karya seni dalam berbagai
model sudah merambah pasar ekspor ke berbagai negara.
d)
Kerajinan Batu Onix
Bojonegoro memiliki tambang batu onix yang melimpah sehingga berbagai
produk kerajinan onix dapat dihasilkan dengan kualitas sangat memuaskan. Pusat
kerajinan batu onix terdapat di Kecamatan Bubulan.
e)
Ledre
Ledre adalah makanan khas Bojonegoro. Berbentuk gapit (seperti emping gulung) dengan aroma
khas pisang raja yang manis. Sangat tepat untuk teman minum teh atau dan sajian tamu atau untuk oleh-oleh.
Perbedaan
ledre dengan gapit yaitu ledre lebih halus, lembut dan aroma pisangnya
menyengat, sementara gapit agak kasar. selain dari pisang raja ledre juga bisa
terbuat dari berbagai pisang misalnya pisang saba, pisang hijau, pisang
susu,dll. tetapi yang khas di daerah bojonegoro atau lebih optimalnya dalam
membuat ledre yaitu menggunakan pisang raja.
f)
Salak Wedi
Salak Wedi rasanya manis, masir, renyah, segar dan besar. Dapat dijumpai di
setiap pekarangan rumah penduduk di desa Wedi dan sekitarnya. Perbedaan Salak
Wedi dengan salak lain, seperti Salak Pondoh, adalah kandungan air yang lebih
banyak sehingga membuat Salak Wedi terasa lebih segar.
Keberadaan Salak Wedi sudah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun silam,
yang secara turun-temurun telah menjadi sumber pendapatan bagi warga Desa Wedi.
Konon asal muasal bibit salak ini pertama kali dibawa oleh seorang Ulama' yang
mengajarkan agama Islam di desa Wedi. Dari bibit tersebut terus berkembang
hingga tidak hanya desa Wedi tetapi meliputi juga beberapa desa sekitar Wedi,
yaitu Kalianyar dan Tanjungharjo.
g)
Blimbing Ngringinrejo
Blimbing dengan berat 2 - 3 ons per buah dapat dijumpai di kebun buah desa
Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro. Rasanya manis, segar dan harum,
sangat tepat untuk hidangan penutup, rujak dan lain-lain.
h)
Agrowisata Tembakau
Bojonegoro sebagai penghasil tembakau virginia terbesar di Indonesia dan
telah lama dikenal sebagai tembakau terbaik di dunia. Hijaunya tanaman tembakau
hampir di seluruh wilayah Bojonegoro dapat dilihat antara bulan Mei - Oktober.
3.
Tempat Wisata
a)
Kahyangan Api
Merupakan sumber api alam yang menyala sepanjang tahun. dan terletak pada
posisi yang sangat strategis yaitu dikelilingi oleh hutan-hutan yang dilindungi
dan bebas dari pencemaran polusi. selain sumber api abadi di kahyangan api juga
terdapat mata air yang konon dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit.
Anehnya air ini dari jauh berbau buuk tetapi setelah mendekat baunya itu hilang
dan dari jauh air ini kelihatang seperti air mendidih tetapi kalau kita sudah
mengambilnya maka air tersebut terasa dingin dan sejuk. Konon, menurut suatu
cerita rakyat, keampuhan lokasi Kahyangan Api telah dirasakan semenjak
pemerintah Maha Prabu Angling Dharma (Sri Aji Dharma) dari Malawapati, yang
melatih para prajurit Malawapati di lokasi Kahyangan Api tersebut. Bahkan, ada
beberapa pusaka Malawapati yang ditempa di Kahyangan Api, termasuk
pusaka-pusaka andalan Kerajaan Malawapati dan Kerajaan Bojonegoro pada zaman
Hindu madya di masa silam. Meskipun benar tidaknya cerita tersebut belum
diketahui secara pasti, Serat Astra Dharma yang saat ini tersimpan di salah
satu museum terkenal di Belanda, dapat menjelaskan bahwa hal tersebut
benar-benar nyata. Serat yang ditulis pada masa Raja Astra Dharma alias Prabu
Purusangkana, ayah kandung Prabu Angling Dharma (putera Prabu Kijing Wahana,
suami Dewi Pramesthi) yang legendaris tersebut. Apabila Serat Astra Dharma
tersebut dapat dikembalikan ke Indonesia, dapat diketahui dengan pasti
bagaimana silsilah raja-raja Malawapati, Yawastina, dan Mamenang yang bersumber
dari satu asal yaitu Prabu Parikesit, raja Hastinapura dari India.
b)
Waduk Pacal
waduk pacal yaitu merupakan salah satu tempat wisata yang ada di
bojonegoro, wisata ini menyuguhkan lingkungan alam yang sangat mempesona karena
di kelilingi oleh bukit-bukit yang sangat indah.
c)
Wana Wisata Dander
keunggulan dari wisata ini yaitu tempat yang sangat luas dan dilengkapi
dengan padang golf, wisata ini sangat cocok untuk anak-anak karena selain
padang golf, disana juga terdapat berbagai macam permainan anak-anak, seperti
taman bermain, kolam untuk mandi bola, kolam renang dan sungai yang sangat
jernih dengan keadaan sekelilingnya yang sejuk dan tentu saja bebas dari
polusi.
(http://
Wikipedia.org/bojonegoro\Kabupaten_Bojonegoro.htm)
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
3 pilar penopang kabupaten Bojonegoro yaitu
masalah kebudayaan, produk unggulan, serta tempat wisata, kab. Bojonegoro
merupakan surga bagi masyarakatnya maupun pemerintahan kabupaten itu sendiri.
Dari 3 pilar itulah menjadikan Bojonegoro MATOH.
B.
Saran
1.
Dihimbau bagi masyarakat Bojonegoro
maupun kepala pemerintahan dan birokrasinya dengan segala rasa hormat untuk
melestraikan 3 pilar tersebut yang menopang perekomonian Bojonegoro untuk
mewujudkan Bojonegoro MATOH.
Daftar Pustaka
http://ardansirodjuddin.wordpress.com/2008/05/14/pendidikan-gratis-mau-untung-atau-buntung/
diakses pada hari Minggu, 30 Oktober 2011 pukul 10.34
0 comments:
Post a Comment