MENCERDASKAN
ANAK BANGSA MELALUI PENDIDIKAN GRATIS
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
merupakan kebutuhan bagi seluruh warga negara Indonesia. Seiring dengan
hal tersebut kemiskinan di Indonesia
semakin hari semakin bertambah, akibatnya banyak warga negara yang belum
mendapatkan haknya untuk mengenyam pendidikan. Untuk itu, pemerintah
mengupayakan program sekolah gratis untuk mengatasi masalah pemerataan
pendidikan tersebut. Sampai sejauh mana perkembangan upaya-upaya yang dilakukan
pemerintah dalam mencerdaskan anak bangsa melalui pendidikan gratis. hal itulah
yang akan diungkap dalam seminar ini.
B.
Devinisi
Operasional
1.
Cerdas : pintar dan cerdik, cepat tanggap dalam
menghadapi masalah, cepat mengerti (Daryanto, 1997: 141).
2.
Anak : Keturunan yang dilahirkan (Daryanto, 1997: 41).
3.
Bangsa : Kumpulan manusia yang mempunyai beberapa
kesamaan dan berada dalam pemerintahan
(negeri) sendiri (Daryanto, 1997: 73).
4.
Pendidikan : Proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dl usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara dan perbuatan mendidik
(KBBI, 2008: 326).
5.
Gratis : Cuma-Cuma (tidak dipungut bayaran) (Daryanto,
1997: 246).
C.
Program
Pendidikan Gratis di Indonesia
Sejak
tahun 1984 telah dilaksanakan program wajib belajar oleh pemerintah Indonesia,
seperti yang tertuang dalam UUD 1945 bahwa tujuan negara ialah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Oleh sebab itu pemerintah memberikan dana pendidkan yang
disebut dana BOS.
D.
Upaya
yang Dilakukan Untuk Melaksanakan Pendidikan Gratis
1.
Penyadaran Publik
Penyadaran yang
dimaksud adalah penyadaran dalam melakukan tindakan yang bisa merugikan
masyarakat luas yaitu, korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
2.
Peningkatan Persentasi Alokasi Dana Pendidikan
Persentasi
dana pendidikan di Indonesia hanya sekitar 11% dari pendapatan Negara. Hal ini
berbeda jauh dengan Negara-negara lain yang juga mencanangkan program
pendidikan gratis. Yakni 28% dari anggaran. Jika Indonesia bisa menaikkan
anggaran menjadi 30-40% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Maka
mencerdaskan anak bangsa, menurunnya angka kemiskinan, pengangguran dan angka
kriminalitas akan dapat terwujud.
3.
Penyaringan Investor Asing
Banyak
investor asing dari Negara luar membawa dolar untuk menarik perhatian
pemerintah Indonesia meningkatkan devisi Negara. Namun, selain menambah devisa,
dengan mereka membawa dollar mereka lebih banyak merugikan Negara dan
masyarakat Indonesia.
4.
Program Pengabdian Mahasiswa
Mahasiswa
sebagai tongak perubahan bangsa dan mempunyai peran penting dalam pendampingan-pendampingan
generasi berikutnya. Dengan adanya program pengabdian mahasiswa (khusunya FKIP)
selama lebih kurang 1 tahun sebelum mengenyam sarjana.
5.
Subsidi Silang Masyarakat Kelas Atas
Subsidi
silang masyarakat kelas atas untuk masyarakat kelas bawah dapat dilakukan
dengan cara memberikan pajak tinggi terhadap barang-barang mewah yang dimiliki
dan dikenakan biaya pendidikan lebih tinggi kepada mereka yang hidup pada kelas
atas. Dengan demikian akan sangat membantu pemerintah untuk dapat member bantuan
biaya sekolah bagi anak kurang mampu, anak putus sekolah dan anak-anak jalanan yang haus akan ilmu pengetahuan dan
ingin sekali mengenyam pendidikan sekolah.
6.
Pembekalan Pemuda Pemudi Untuk Menjadi
Guru Sosial
Saat
ini rata-rata R.T./kelurahan, pasti memiliki organisasi kepemudaan. Dari
organisasi yang ada pemerintah dapat turun tangan dengan memberi pelatihan
kepada mereka selama 3-6 bulan untuk bia menjadi guru sosial dan setelah
mengikuti pelatihan diharapkan dari guru sosial (relawan pendidikan) dapat
mulai mengajar di Sekolah Dasar yang masih kurang tenaga pengajarnya. Hal ini
untuk menekan biaya pendidikan yang dilekuarkan oleh pemerintah untuk membayar
mahal tenaga guru/pendidik (PNS).
E.
Kendala
yang Dihadapi Program Pendidikan Gratis
1.
Pendidikan Gratis Belum Sepenuhnya
Bermakna Gratis
Kebijakan
sekolah gratis untuk SD/SMP yang ditetapkan pemerintah mulai tahun ajaran
2009/2010 memang melegakan masyarakat, tetapi pada praktiknya ternyata
menimbulkan kebingungan di kalangan orang tua.
Kebingungan
tersebut muncul terkait dengan kekhawatiran akan mutu pendidikan di sekolah
akibat minimnya kucuran dana dari pemerintah. Meski demikian, sejumlah wali
murid berharap pendidikan gratis yang berlaku jangan menurunkan kualitas
pendidikan.
Penggunaan
dana BOS tahun 2011 diatur di dalam Peratiran Menteri Pendidikan Nasional Nomor
37 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pengunaan Dana BOS Tahun anggaran 2011,
yang antara lain dapat untuk: 1) Pembelian/pengadaan buku teks pelajaran, 2)
penerimaan siswa baru, 3) kegiatan pembelajaran remedial, 4) ulangan harian, 5)
ATK habis pakai, 6) langganan daya dan jasa, 7) perawatan sekolah, 8)
pembayaran honor guru, 9) pengembangan profesi guru, 10) biaya transportasi
bagi siswa kurang mampu, 11) pembiayaan pengelolaan BOS, 12) pembelian
computer, 13) pembelian alat peraga dan media pembelajaran apabila poin 1
s.d.12 telah terpenuhi.
2.
Lemahnya Perhatian Khusus dari Daerah
Permasalahan
diantaranya adalah sosialisasi pendidikan gratis masih kurang, database siswa
dan guru tidak akurat, birokrasi masih rumit dan berbelit-belit, belum optimalnya dukungan
dari Dinas Pendidikan Kabupaten/kota serta belum adanya jaminan optimalnya
pengawasan pelaksanaan program pendidikan gratis ini.
Selain
itu, di berbagai daerah terpencil di Indonesia, program pendidikan gratis ini
belum menyentuh pada peserta didik yang tidak mampu dalam program Pendidikan
Luar Sekolah (PLS).
3.
Pendidikan Gratis yang Bermutu
Membutuhkan Waktu
Kesadaran
akan pentingnya mutu pendidikan sungguh merupakan tantangan yang tidak ringan.
Jikalau kita baru berfikir bahwa kita harus berubah, sesungguhnya kita sudah
terlambat untuk itu. Oleh karaenanya permasalahan ini harus segera diatasi.
Mutu pendidikan yang terburuk di negeri ini harus kita tekan. Setiap lembaga
pendidikan yang ada di republik ini memiliki tanggung jawab besar terhadap mutu
pendidikan yang dimulai dari proses pendidikan itu sendiri dan berakhir pada
hasil pendidikan yang dicapai.
Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang diberikan pemerintah memang masih belum memadai
untuk membiayai sekolah yang sesuai dengan standar pembiayan pendidikan untuk
memudahkan penghitungan tersebut.
0 comments:
Post a Comment