Tuesday 29 October 2013

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) DI SMK PGRI I BOJONEGORO


Puji syukur alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga pelaksanaan PPL mahasiswa IKIP PGRI Bojonegoro tahun akademik 2011/2012 dapat dilaksanakan dengan lancar, tanpa ada hambatan yang berarti.
Laporan ini saya awali dengan pendahuluan kemudian isi selanjutnya terdiri dari tiga bab. Pertama, tinjauan sekilas sekolah latihan dari sisi praktek mengajar yang berisi tentang gambaran umum, keadaan siswa, guru dan sarana prasaranan pada sekolah latihan. Kedua, Pelaksanaan PPL berisi tentang pengertian dan fungsi PPl, prosedur dan waktu pelaksanaan, pelaksanaan PPL di kelas, evaluasi serta faktor pendukung dan kendala selama PPL berlangsung. Ketiga, berisi penutup.
Laporan ini kami susun berdasarkan ilmu yang bersifat teoritis yang diperoleh selama kegiatan perkuliahan berlangsung dan pengalaman dilapangan (praktik) yang dilaksanakan SMK PGRI 1 Bojonegoro yang berlangsung mulai bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Februari 2012.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pelaksanaan PPL dan penyusunan laporan ini banyak kekurangan dan kesalahan. Kami juga menyadari bahwa kelancaran pelaksanaan PPL tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari segenap guru pamong dan dosen pembimbing lapangan. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1.        Bapak Drs. Budi Irawanto, M.Pd. selaku Rektor IKIP PGRI Bojonegoro;
2.        Bapak Drs. Sujiran, M.Pd. selaku sekretariat PPL IKIP PGRI Bojonegoro;
3.        Bapak Drs. H. Risnani selaku Dosen Pembimbing PPL;
4.        Bapak Drs. Hadi Mulyo, M.M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMK PGRI 1 Bojonegoro;
5.        Ibu Estindianti Kurnianingrum selaku guru pamong mata pelajaran Bahasa Indonesia;
6.        Siswa SMK PGRI 1 Bojonegoro yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu;
7.        Pihak yang telah membantu pelaksanaan PPL yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu;
8.        Teman-team satu angkatan dan satu kelompok PPL di SMK PGRI I Bojonegoro.
Semoga laporan yang saya susun ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, terutama bagi diri saya sendiri khususnya juga teman-teman mahasiswa FPBS-Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada umumnya.
lebih jelasnya klik di sini

makalah bindk21k

daftar tema

No.
NIM
Nama
Tema
1
2
Mayza Putri Dewanti
Sejarah bahasa Indonesia
2
3
Fitri Lik Indah Sari
Penalaran induktif
3
8
Arikatul Mardiyah
Sinonim dan antonim
4
12
Muhammad Syaiful Anam
Denotasi dan konotasi
5
13
Vivin Alfianti
Perubahan makna
6
14
Eka Diah Fitriani
Kata baku dan nonbaku
7
16
Dewi Cahya Rini
Kata umum dan khusus
8
17
Ratih Ayu Purnama
Pemakaian huruf kapital
9
18
Ratno
Pemakaian tanda baca
10
19
Yulia Tri Rahayu
Kata serapan
11
20
Filanda Oktavia
Jargon dan slank
12
21
Leni Rosita Darianti
Hominim, homofon, dan homograf
13
23
Arif Eko Cahyono
Penalaran deduktif
14
24
M. Taufiq Asdi Putra
Ragam Bahasa Indonesia

Ket:
1.    dikumpulkan pada tanggal 16 November 2013
2.    sumber rujukan harus buku, google book, jurnal, skripsi, tesis, dan disertasi. Dilarang keras mengambil dari website.

Sunday 20 October 2013

ppt alih kode


Alih kode atau code switching adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang lain dalam suatu peristiwa tutur. Misalnya, penutur menggunakan bahasa Indonesia beralih menggunakan bahasa Inggris. Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa (language dependency) dalam masyarakat multilingual. Dalam alih kode masing-masing bahasa cenderung masih mendukung fungsi masing-masing dan  masing-masing fungsi sesuai dengan konteksnya.
Nababan (1984:31) menyatakan bahwa konsep alih kode ini mencakup juga kejadian pada waktu kita beralih dari satu ragam bahasa yang satu ke ragam yang lain. Misalnya, ragam formal ke ragam santai, dari kromo inggil (bahasa jawa) ke bahasa ngoko dan lain sebagainya. Kridalaksana (1982:7) mengemukakan bahwa penggunaan variasi bahasa lain untuk menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain, atau karena adanya partisipasi lain disebut alih kode. Holmes (2001:35) menegaskan bahwa suatu alih kode mencerminkan dimensi jarak sosial, hubungan status, atau tingkat formalitas interaksi para penutur.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alih kode merupakan gejala peralihan pemakaian bahasa karena perubahan  peran dan situasi. Alih kode menunjukkan adanya saling ketergantungan antara fungsi kontekstual dan situasional yang relevan dalam pemakaian dua bahasa atau lebih.
lebih jelasnya klik di sini

Thursday 10 October 2013

kisi-kisi UK 1 Bind21K

1. Apakah alasan bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa Indonesia?
2. Sebutkan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara!
3. Silogisme dan entimem!
4. Paragraf Generalisasi, analogi, dan sebab-akibat!
5. Fungsi dan ciri-ciri bahasa baku!
6. Fonem, morfem, frasa, klausa dan kalimat!

Tuesday 8 October 2013

ANALISI BENTUK-BENTUK PERTEMUAN ILMIAH


ANALISI BENTUK-BENTUK PERTEMUAN ILMIAH
Oleh: Cahyo Hasanudin/08111503/IV-C/ Pendidikan Bahasa Indonesia

No.
Nama Pertemuan Ilmiah
Yang Terlibat
Keunggulan
Kelemahan
Sumber Masalah yang Dibicarakan
Hasil yang Diinginkan
1
Konferensi (conference)
1.      Para Ahli/Pakar;
2.      Moderator.
Hasil yang diperoleh lebih baik dan memadahi karena diungkapkan dari pemikiran para ahli
Hanya dihadiri oleh yang berkompeten dibidangnya
Merosotnya sistem pendidikan pada abad XXI
Sistem pendidikan pada abad XXI semakin lebih baik
2
Kongres (congress)
1.      Wakil-wakil organisasi;
2.      Moderator.
Setiap wakil organisasi membawa misi yang berbeda sehingga munculah ide-ide baru
Sering menimbulkan konflik dan kontrofersi akibat dari perbedaan pendapat
Pilkada ricuh
Tidak adanya kecurangan yang menyebabkan timbulnya kericuhan
3
Seminar
1.      Penyaji;
2.      Moderator;
3.      Peserta.
Topik yang dibahas dipelajari secara sistematis dan dipimpin oleh guru besar
Bersifat monotone, sebab peserta cukup bertanya saja tidak berhak memberikan argumentasi
Pergeseran bahasa Indonesia di Negara sendiri
Bahasa Indonesia harus tetap eksis di Negara sendiri meski banyak bahasa asing yang masuk
4
Simposium (symposium)
1.      Peserta;
2.      Moderator;
3.      Penyaji.
Topik yang dibincangkan sangat fariasi namun saling berkesinambungan
Memakan banyak waktu, sehingga dikawatirkan ada topik yang belum tuntas
Kunjungan ke luar negeri oleh para wakil rakyat dengan dalih studi banding
Wakil rakyat tidak perlu melakukan studi banding, sebab kondisi sosial setiap negara tidak sama
5
Loka karya (work shop/ academic work shop)
1.      Orang berpengalaman;
2.      Peserta;
3.      Moderator.
Setiap peserta berhak bertanya terhadap masalah mereka
Pesertanya bebas sehingga memungkinkan peserta tidak berkompeten menghadiri juga
Kiat sukses menjadi sarjana yang unggul
Setiap mahasiswa mampu menjadi sarjana yang unggul dalam segala aspek kehidupan
6
Diskusi panel (panel discussion)
1.      Pakar;
2.      Moderator;
3.      Peserta.
Pakar bersama-sama moderator dan peserta berdiskusi bersama sehingga diperoleh masukan tentang pendapat-pendapat yang berbeda
Jarang menemukan titik temu, sebab setiap orang berhak memberikan argumennya sendiri
Ressufle kabinet jilid 2
Lebih baik kosong dari pada diadakan ressufle
7
Diskusi
1.      Pakar;
2.      Moderator;
3.      Peserta.
Menggunakan sedikit waktu dan satu topic
Tidak adanya kontra
Sampah masyarakat meresahkan masyarakat
Pemerintah membuka lapangan pekerjaan baru
8
Forum
1.      Nara sumber;
2.      Moderator;
3.      Peserta.
Banyak mendapat pengalaman dan ilmu
Peserta semakin tidak terkontrol, seerta banyak masalah yang dibahas
Pelecehan sexsual di tempat umum
Tidak adanya lagi pelecehan di tempat umum
9
Debat (debate)
1.      Peserta;
2.      Moderator.
Adanya tukar pikiran dan argument
Sering menimbulkan konflik
MUI mengharamkan rokok
Jangan cepat-cepat membuat fatwa haram
10
Sarasehan
1.      Peserta.
Santai dan tidak resmi
Dengan tidak santai inilah, terkadang tidak serius juga
Budayakan gemar membaca dan berkarya
Dituntut untuk rajin belajar dan selalu berkarya